Visi dan Misi Program Studi Teologi


VISI MISI PRODI TEOLOGI

Visi :

Menjadi Program Studi yang menghasilkan Teolog yang handal dalam menghadapi perkembangan jaman.

Misi :

1. Menyelenggarakan pengajaran teologi yang kontekstual.
2. Melaksanakan penelitian Teologi yang multikultural.
3. Melaksanakan pengabdian di gereja dan masyarakat
4. Melaksanakan pengembangan pelayanan sekolah minggu yang unggul
Berteologi

Di dalam kitab Kejadian 1:2b dinyatakan bahwa Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. David Atkinson menyatakan: “Kata Ibrani ruakh bisa berarti angina tau roh”… dalam PL ruakh mengacu kepada energy Ilahi, yang menciptakan dan memelihara”. Roh Allah yang diperkenalkan dalam Kejadian 1 adalah Roh Allah yang kreatif, menciptakan kesatuan dan persekutuan. Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Trinitas, atau pribadi ketiga dari Trinitas atau Tritunggal adalah Roh Kudus. Nama Roh dipakai dalam Alkitab kira-kira 500 kali, dari 500 kali ini, 100 kali dipakai untuk kata “Roh Kudus”, sisanya untuk kata Roh. Nama atau sebutan Roh itu menunjuk pada pribadi ketiga dari Tritunggal. Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang menyebabkan orang percaya kepada Yesus. Roh Kudus pulalah yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh Kudus tinggal di dalam diri setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Mengapa penulis menyatakan demikian karena tubuh orang Kristen adalah Bait Suci tempat tinggal Roh (I Kor. 3:16). Roh Kudus digambarkan sebagai 'Penghibur' atau 'Penolong' (paracletus dalam bahasa Latin, yang berasal dari bahasa Yunani, parakletos), dan memimpin mereka dalam jalan kebenaran. Karya Roh di dalam kehidupan seseorang dipercayai akan memberikan hasil-hasil yang positif, yang dikenal sebagai Buah Roh. Rasul Paulus mengajarkan bahwa seorang pengikut Kristus haruslah dapat dikenali melalui buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (bnd.Gal. 5:22-23). Orang Kristen juga percaya bahwa Roh Kudus jugalah yang memberikan karunia-karunia (kemampuan) khusus kepada orang Kristen, yang antara lain meliputi karunia-karunia karismatik seperti nubuat, berbahasa Roh, menyembuhkan, dan karunia hikmat atau pengetahuan. Orang Kristen arus utama percaya bahwa pengalaman pentakosta setelah kanonisasi Alkitab telah berhenti, akan tetapi kepercayaan kaum Pentakostal percaya bahwa pengalaman baptisan Roh Kudus masih berlangsung. Dasar teologi kaum Pentakosta adalah pada kitab naratif yaitu kitab Kisah Para Rasul. Orang Kristen percaya hampir secara universal bahwa "karunia-karunia roh" yang lebih duniawi masih berfungsi pada masa kini, antara lain karunia pelayanan, mengajar, memberi, memimpin, dan kemurahan (lih. mis. Roma 12:6-8).

Pentakosta atau Pengalaman Dipenuhi Roh Kudus Menurut Kisah Para Rasul 2

Kisah 2:1-13 memperhatikan beberapa hal yang penting: ada suara yang besar, angin yang kencang, lidah api yang turun atas kepala mereka, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang dimengerti-tanda-tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Ada 15 bahasa dari 15 tempat yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 2:1-13. Peristiwa para rasul berbicara dalam 15 bahasa merupakanperistiwa pertama Roh Kudus kepada mereka. Hari ini disebut hari pentakosta, hari pentakosta adalah hari jadinya gereja, yaitu gereja yang kudus dan am. Gereja yang ada di seluruh danuia dari berbagai dominasi apapun Gereja Katolik, Protestan (Lutheran, dan Calvinis), Gereja Pentakosta, Baptis dan lain-lain adalah bagian atau pos-pos kecil dari Gereja yang kudus dan am. Di dalam Kis para Rasul 2 disebutkan bahwa pada waktu pencurahan Roh Kudus, para rasul itu berbicara dalam 15 bahasa yang mewakili 15 daerah, yaitu Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapodokia, Pontus,Asia, Frigia,Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta dan orang Arab. Gereja yang pertama adalah gereja yang melintasi daerah, batas negara, melintasi perbedaan bahasa. Maka Glosolalia diberikan. Istilah glosolalia, atau karunia lidah, dicantumkan sebanyak 50 kali di Perjanjian Baru. Setiap kali istilah itu dipakai, harus dimengerti sebagai bahasa, bukan sebagai suara yang tidak berarti.


Previous Post
Next Post
Related Posts